Sumber: Radar Sukabumi
SUKABUMI — Imbauan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Abdul Mu’ti, agar anak-anak tidak memainkan game daring Roblox, memicu respons dari Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sukabumi. Game yang populer di kalangan pelajar itu dinilai memuat unsur kekerasan dan konten yang tidak layak bagi usia sekolah.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Disdik Kabupaten Sukabumi, Eka Nandang, melalui Kepala Seksi Kesiswaan SMP, Devi Indra Kusuma, menegaskan bahwa imbauan tersebut sebaiknya tidak dipahami sebagai larangan semata. Menurutnya, yang lebih penting adalah membangun sinergi antara sekolah dan keluarga untuk memperkuat literasi digital anak.
“Roblox memang menarik dan mudah diakses anak-anak. Tapi di balik keseruannya, ada konten yang tidak pantas, bahkan bisa membuka celah eksploitasi. Maka, peran orang tua sangat penting, bukan hanya melarang, tapi mendampingi dan memahami apa yang dimainkan anaknya,” ujar Devi, Senin (1/9).
Ia menyoroti anggapan keliru di sebagian keluarga bahwa anak yang tenang bermain gawai berarti aman. Padahal, di balik layar bisa saja tersimpan konten kekerasan, interaksi dengan orang asing, atau paparan nilai-nilai yang tidak sesuai usia. “Tanpa kontrol, anak bisa menyerap hal-hal yang membahayakan perkembangan karakter dan sosialnya,” jelasnya.
Fenomena ini tak hanya soal Roblox. Game populer lain seperti Mobile Legends, Free Fire, dan PUBG juga memerlukan pengawasan ketat. Penelitian menunjukkan bahwa paparan konten kekerasan dalam jangka panjang dapat memengaruhi pola pikir dan perilaku anak.
The post Game Daring dan Anak: Disdik Sukabumi Serukan Pengasuhan Digital yang Bijak appeared first on Radar Sukabumi.