INILAHSUKABUMI.COM – Malam bagi kebanyakan orang lanjut usia adalah waktu beristirahat dengan tenang. Namun tidak demikian bagi Rohana (69), warga Kampung Jilegong, Desa Balekambang, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi. Di usianya yang renta, setiap malam justru ia jalani dengan rasa waswas.
Rumah reyot berdinding bilik bambu yang menjadi tempatnya berteduh sudah hampir roboh. Atapnya bocor, tiangnya rapuh, dan di langit-langitnya bergelayut tiga sarang tawon besar.
“Kalau malam saya sering takut disengat, apalagi kalau tidur sendiri. Rumah ini jarang diisi, jadi makin banyak sarang tawon,” tutur Rohana, suaranya lirih seolah menahan rasa takut yang terus mengiringinya.
Di tengah rumah berukuran kecil itu, hanya ada tikar usang yang ia bentangkan untuk tidur. Saat hujan deras, lantai tanah becek, air menggenang, dan embusan angin menerobos celah dinding. Rohana hanya bisa menggigil, berharap bilik rapuh itu tidak roboh menimpanya. Kesunyian menambah beban, karena sejak suaminya, Tirta, meninggal pada 2019, ia lebih sering menghabiskan malam seorang diri.
Hidup Rohana memang jauh dari kata cukup. Dari enam anak yang dilahirkannya, hanya tiga yang masih hidup. Namun mereka pun memiliki kesibukan masing-masing sehingga tak bisa selalu menemani. Sesekali ada anak atau cucu yang singgah, tapi lebih sering ia hanya ditemani bunyi serangga malam, berbaur dengan dengung tawon yang bersarang di atas kepalanya.
Untuk makan sehari-hari, ia menggantungkan diri pada uluran tangan. Sesekali anaknya membawa beras, tetangga memberi lauk, atau Pak RW yang datang membawakan bantuan. Sesekali bantuan sosial memang hadir, tetapi tidak pernah cukup untuk memperbaiki rumahnya yang rusak parah.
“Kalau soal makan, alhamdulillah masih suka dibantu. Tapi saya ingin rumah ini dibetulin aja, supaya enggak takut lagi kalau hujan atau disengat tawon,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Ketua RW 03, Domo, mengakui rumah Rohana sudah tidak layak huni. Ia khawatir bangunan itu bisa ambruk kapan saja.
“Kalau hujan dan angin kencang, bisa ambruk. Saya sudah berkali-kali mengajukan ke Pemdes Balekambang. Alhamdulillah, sudah ada bantuan hebel, mudah-mudahan segera terealisasi tahun ini,” ujarnya.
Domo juga mengingatkan warga agar selalu waspada terhadap potensi bahaya. Namun di balik pesan kewaspadaannya, tersirat harapan besar agar pemerintah desa bisa segera memprioritaskan renovasi rumah Rohana.
“Mudah-mudahan ada jalan, supaya Bu Rohana bisa tinggal dengan layak. Kasihan kalau dibiarkan terlalu lama,” tambahnya.
Kisah Rohana adalah potret nyata wajah lain dari kehidupan di tengah pembangunan. Di balik gemerlap kota dan program pemerintah, masih ada lansia yang menjalani hari dengan penuh keterbatasan dan ketakutan. Yang ia harapkan bukan kemewahan, hanya sebuah rumah sederhana yang kokoh—tempat ia bisa beristirahat tenang, tanpa khawatir hujan, angin, atau sengatan tawon yang setiap hari menghantui. (*)
The post Kisaha Rohana, Wanita Berusia Senja yang Hidup di Rumah Penuh Sarang Tawon first appeared on Inilah Sukabumi.