BERITA SUKABUMI — Di tengah lahan retak dan sawah yang tak lagi berisi padi, warga Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, membangun harapan dari tanah kering. Selama delapan tahun, mereka hidup dalam krisis air akibat rusaknya saluran Irigasi Jantreng—nadi pertanian yang terlupakan.
Tanpa bantuan pemerintah, warga membentuk Panitia Revitalisasi Irigasi Jantreng dan menggandeng pengusaha lokal untuk memperbaiki saluran yang rusak akibat banjir besar beberapa tahun lalu. Sekitar 100 hektare lahan pertanian di dua kedusunan kehilangan pasokan air sepenuhnya.
“Sudah delapan tahun irigasi tidak berfungsi. Sawah hanya mengandalkan tadah hujan, hasilnya minim,” ujar Asep Kamho, tokoh masyarakat setempat, Selasa (14/10).
Sebagian warga beralih profesi menjadi buruh bangunan atau pekerja tambang batu kapur. Namun, bagi yang bertahan di pertanian, krisis air ini menjadi pukulan berat.
Dalam musyawarah desa, warga mengundang 25 perusahaan lokal—19 di antaranya hadir. Mereka menyampaikan keluhan dan harapan agar pengusaha turut berkontribusi. Responsnya positif: beberapa perusahaan menurunkan alat berat dan tenaga untuk membantu pembangunan irigasi.
“Perusahaan BBM bahkan kirim alat berat dan operator. Ini bentuk nyata kepedulian,” kata Asep.
Selama empat bulan terakhir, pembangunan irigasi berjalan dengan swadaya. Warga bergotong royong setiap akhir pekan, mengangkut batu, memasang boronjong, dan memperbaiki akses jalan. Baru 15 boronjong terpasang dari ratusan yang dibutuhkan.
“Kami kekurangan material, tapi semangat warga luar biasa,” tambahnya.
Kepala Desa Padabeunghar, Ence Rohendi, menyebut kondisi ini sebagai persoalan menahun. Pemerintah desa telah mengajukan bantuan ke berbagai instansi, namun belum ada tindak lanjut.
“PU sudah meninjau, tapi belum ada realisasi. Kami harap pemerintah segera turun tangan,” ujarnya.
Sumber: Radar Sukabumi