
Sumber: Radar Sukabumi
SUKABUMI — Aktivitas penebangan liar di Blok Cangkuang, kawasan Gunung Salak, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, memicu kekhawatiran warga. Selama lebih dari dua tahun, praktik ilegal logging disebut berlangsung tanpa pengawasan ketat, mengancam ekosistem hutan dan kehidupan ribuan warga di wilayah hilir.
Kerusakan hutan ditengarai menjadi penyebab banjir berulang sejak 2022, termasuk yang terjadi pada Agustus 2025. Selain banjir, potensi longsor di lereng Gunung Salak juga meningkat seiring hilangnya vegetasi penahan tanah.
“Ini bukan sekadar isu penebangan kayu. Ini sudah mengarah pada krisis lingkungan,” ujar Rozak Daud dari Tim Advokasi Warga Cidahu – Fraksi Rakyat, Selasa (9/9).
Rozak menegaskan, hutan di Gunung Salak berfungsi sebagai hulu air dan kawasan resapan. Kerusakan ekosistem berdampak langsung pada kualitas air, udara, dan habitat satwa liar seperti elang jawa, kancil, hingga macan tutul jawa.
“Satwa kehilangan tempat berlindung dan sumber pangan. Keseimbangan ekosistem terganggu,” tambahnya.
Warga juga menyoroti lemahnya pengawasan dari pengelola Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Menurut laporan, pelaku ilegal logging kerap terlihat membawa alat pemotong kayu tanpa tindakan tegas.
“Jika dibiarkan, ini bisa jadi bencana besar. Kami mendesak penghentian total aktivitas pembalakan liar,” tegas Rozak.
Kasus ini dinilai sebagai ujian bagi Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang dikenal vokal soal pelestarian hutan. Warga berharap komitmen penyelamatan lingkungan benar-benar diwujudkan.
Bersama Fraksi Rakyat, warga Cidahu merencanakan aksi ke kantor TNGHS dan pemerintah daerah. Mereka menuntut langkah konkret dari aparat dan pengelola taman nasional sebelum kerusakan semakin parah.
“Kalau negara abai, masyarakat tidak akan tinggal diam. Kami siap bergerak,” pungkas Rozak.(den/d)
The post Satwa Gunung Salak Terdesak: Warga Desak Tindakan atas Penebangan Liar appeared first on Radar Sukabumi.



















